Di era digital seperti sekarang, gelombang entrepreneur muda Indonesia semakin deras. Namun, ada tren menarik yang patut disoroti: semakin banyak di antara mereka yang tidak hanya fokus pada keuntungan finansial semata. Mereka hadir dengan visi humanity—sebuah misi untuk menyelesaikan masalah sosial dan lingkungan melalui solusi bisnis yang inovatif dan berkelanjutan. Mereka adalah proof bahwa bisnis bisa menjadi kekuatan untuk melakukan kebaikan.
Siapa Itu Entrepreneur dengan Visi Humanity?
Entrepreneur dengan visi humanity, atau sering disebut socio-entrepreneur, adalah individu yang mendirikan bisnis dengan “double bottom line”: profit dan purpose. Tujuan mereka dua kali lipat; menciptakan usaha yang financially sustainable sekaligus memberikan dampak positif yang terukur bagi masyarakat atau lingkungan.
Mereka percaya bahwa masalah kompleks seperti sampah plastik, kesenjangan pendidikan, akses kesehatan, dan pengentasan kemiskinan tidak hanya bisa diselesaikan oleh charity, tetapi perlu pendekatan bisnis yang kreatif.
Ciri-Ciri Entrepreneur Muda Humanis
Apa yang membedakan mereka dengan entrepreneur biasa?
- Mission-Driven: Setiap keputusan bisnis selalu dipertimbangkan berdasarkan misi sosial yang mereka usung.
- Innovative Solution: Mereka menciptakan produk atau jasa yang langsung menohok akar permasalahan sosial.
- Community-Centric: Melibatkan komunitas yang mereka bantu, bukan sekadar memberi bantuan, tetapi memberdayakan.
- Transparan: Terbuka tentang dampak yang telah dicapai, seperti berapa banyak sampah yang berhasil dikurangi atau berapa banyak penerima manfaat yang telah diraih.
Inspirasi dari Dalam Negeri: Contoh Nyata Entrepreneur Muda Humanis
Indonesia tidak kekurangan sosok-sosok inspiratif ini. Berikut adalah beberapa contohnya:
- M. Bijaksana Junerosano (Founder Waste4Change): Lewat Waste4Change, Sano menawarkan solusi pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dari hulu ke hilir. Bisnisnya membantu perusahaan dan individu untuk mengelola sampah mereka secara lebih beretika dan ramah lingkungan.
- Alghazy Mateus (Co-Founder Banoo): Banoo adalah startup yang menyediakan akses air minum layak dan terjangkau melalui dispenser air isi ulang berbasis IoT. Mereka menyasar masyarakat akar rumput untuk mengurangi sampah botol plastik dan masalah kesehatan akibat air yang tidak bersih.
- Nadiem Makarim (Pendiri Gojek): Sebelum menjadi Menteri Pendidikan, Nadiem membangun Gojek yang pada intinya adalah platform pemberdayaan ekonomi. Gojek memberdayakan jutaan driver, pedagang UMKM, dan penyedia jasa lainnya untuk mengakses pasar yang lebih luas.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Jalan yang ditempuh entrepreneur humanis tidak selalu mulus. Beberapa tantangan yang sering mereka hadapi:
- Access to Funding: Mencari investor yang sepaham dan mau berinvestasi jangka panjang pada bisnis dengan ROI yang mungkin tidak secepat startup tech murni.
- Measuring Impact: Mengukur dampak sosial secara kuantitatif dan kualitatif membutuhkan effort dan metodologi yang tidak sederhana.
- Market Education: Harus terus-menerus mengedukasi konsumen bahwa membeli produk mereka bukan hanya tentang mendapatkan barang, tetapi juga tentang berkontribusi pada suatu gerakan.
Masa Depan Bisnis: Akankah Visi Humanity Menjadi Arus Utama?
Semua tanda menunjukkan YA. Generasi milenial dan Gen-Z sebagai konsumen dan talenta terbesar saat ini lebih tertarik pada merek yang memiliki tujuan dan nilai (values). Mereka lebih memilih membeli produk dari perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat.
Visi humanity bukan lagi sekadar “nice to have”, melainkan mulai menjadi competitive advantage yang powerful. Bisnis yang mengabaikan aspek sosial dan lingkungan akan semakin tertinggal.
Bagaimana Kamu Bisa Berkontribusi?
Kamu tidak harus langsung membangun startup untuk bisa mendukung gerakan ini. Hal kecil yang bisa kamu lakukan:
- Jadi Conscious Consumer: Pilih dan beli produk dari brand-brand sosial yang peduli pada dampaknya.
- Sebarkan Awareness: Ceritakan tentang brand-brand inspiratif ini di media sosialmu.
- Dukung dengan Skill: Jika kamu memiliki keahlian tertentu (digital marketing, programming, desain), tawarkan untuk membantu organisasi atau startup sosial.
Kesimpulannya, gelombang entrepreneur muda dengan visi humanity adalah angin segar bagi masa depan Indonesia dan dunia. Mereka adalah bukti nyata bahwa empati dan inovasi bisnis dapat berjalan beriringan. Dengan semangat, kreativitas, dan tekad mereka, mereka tidak hanya membangun perusahaan, tetapi juga membangun dunia yang lebih adil dan berkelanjutan untuk kita semua.
